Menulis Buku Dari KTI
Pertemuan kali ini adalah yang keempat dari 30 kali pertemuan dalam rangka membedah literasi bersama PGRI dan seluruh tim solidnya.
Materi yang diangkat saat ini adalah menulis buku dari karya ilmiah. Narasumbernya adalah Ibu Noralia Purwa Yunita, sedang moderatornua Bunda Helwiyah.
MENULIS BUKU DARI KTI
1. Lebih bermakna dan bermanfaat
Bayangkan jika karya itu masih berupa KTI. Kebanyakan pasti hanya disimpan secara pribadi atau disimpan di perpustakaan. Pembacanya siapa? Sangatlah terbatas. Jika di perpustakaan sekolah, pastilah para warga sekolah.
Jika KTI ini diubah menjadi buku, maka apa yang terjadi? Buku itu dapat dibaca siapapun. Lewat apa? Dari penjualan buku. Dengan demikian, sasaran pembaca jauh lebih luas. Tidak hanya terbatas untuk kalangan tertentu saja
2. Keutungan materi
Nah, untuk ini bonus tersendiri pastinya. Jika buku laku terjual dan penjualan banyak, pastilah materi akan mengalir ke saku sebagai nilai plus.
Bayangkan jika masih berupa KTI, diperjualbelikan pun tidak akan bisa.
3. Hasil penelitian akan tersebar luas
KTI yang sudah dikonversi menjadi buku akan mudah diakses oleh banyak pihak. Akibatnya, penelitian yang didapatkan pun akan diketahui oleh masyarakat luas
4. PAK
Nah,, ini pastinya sangat menggiurkan untuk bapak ibu guru. Karena memang tuntutan ASN haruslah ada progres untuk peningkatan profesionalitasnya. Dan ini semua terekam dalam Angka Kredit.
KTI menjadi buku dapat digunakan untuk pengajuan angka kredit bagi para guru ASN. Selain itu, poin buku lumayan tinggi pada ketentuan angka kredit sehingga ini sangat menguntungkan.
Bagaimana cara mengubah KTI menjadi Buku?
1. Ubah judul KTI yang terkesan kaku dan ilmiah menjadi judul populer yang menarik dan eye catching Judul karya ilmiah versi buku hanya berfokus pada objek penelitian saja. Hilangkan materi, subjek, tempat penelitian. Sebagai contoh: Efektivitas SEM Berbasis Mind Map pada mata pelajaran Kimia untuk meningkatkan pemecahan masalah siswa materi pokok reaksi Redoks
Nah, ini diubah menjadi seperti ini : Metode SEMMI dalam Pembelajaran Sains Abad 21
2. Ubah DAFTAR ISI
Biasanya untuk beberapa karya ilmiah, daftar isi berupa
BAB 1 Pendahuluan berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah
BAB 2 landasan teori
Bab 3 metode penelitian yang berisi rumus2 statistika
Bab 4 hasil dan pembahasan
Bab 5 penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Namun ketika diubah menjadi BUKU, daftar isi menjadi : (ikuti pedoman 2W+1H)
Bab 1 (Why) menjelaskan masalah umum pembelajaran sains, pentingnya metode pembelajaran yang menarik untuk siswa, alasan metode SEMMI dalam pembelajaran
Bab 2( APA) menjelaskan apa itu metode pembelajaran, metode SEMMI, karakteristik metode, pembelajaran sains abad 21
Bab 3,4,5, dan seterusnya ( *How* ) menjelaskan bagaimana tahap pembuatan, bagaimana hasil pembuatan, bagaimana penerapannya.
Boleh juga mengembangkan materi dari bab 2 di KTI.
Sebagai contoh
bab 2 KTI yang merupakan landasan teori berisi
2.1. hasil belajar
2.2. media pembelajaran
2.3. Modul
2.4. metode pembelajaran
2.5 pembelajaran SEMMI
Jika dikonversi menjadi Sub bab 2.2. media pembelajaran menjadi bab 3 buku
Bab 3 MEDIA PEMBELAJARAN
3.1. Pengertian media
3.2. jenis media
3.3. manfaat media
Sub bab 2.3. modul menjadi bab 4 buku
Bab 4 mengenal modul
4.1.pengertian modul
4.2. karakteristik modul
4.3.sistematika modul
4.4. kelebihan modul
dan seterusnya hingga sub bab dalam bab 2 selesai.
Dengan demikian hanya dari bab 2 KTI saja, sudah dapat menuliskan/ mengubahnya menjadi beberapa bab dalam buku.
Jadi, perbanyak penjelasan teori dari bab 2 karya ilmiah dan juga hilangkan rumus statistika yang biasanya ada di bab 3 karya ilmiah
3. Pada bab I Karya ilmiah yang biasanya menuliskan tentang :
- Rumusan masalah
- tujuan penelitian
- manfaat penelitian
- definisi operasional
- hasil penelitian terkait
Ini semua harus dihapus ketika mengkonversinya menjadi buku
4. Boleh menampilkan grafik tetapi jangan terlalu banyak. grafik yang penting saja. Grafik lain yang tidak ditampilkan, ubah dalam bentuk kalimat
5. Secara kebahasaan dan penyajian, karya ilmiah versi buku haruslah berbeda dengan versi laporan. Susunan dan gaya tulisan bebas terserah penulis, karena setiap penulis memiliki ide dan kreativitas masing-masing sesuai dengan pengalaman dan bahan bacaannya. Semakin baik literasi penulis maka akan semakin oke buku yang ditulis. Hal ini karena membaca, berpikir dan menulis adalah satu rangkaian literasi yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, harus mengupayakan agar pembaca memahami isi buku secara lengkap, dan mengena apabila menjadi karya ilmiah diubah menjadi buku
6. Kaitkan dengan kondisi terkini agar buku kita lebih mengikuti jaman. Sebagai contoh, judul diatas merupakan skripsi tahun 2011, namun ketika mengubahnya menjadi buku, kaitkan dengan pembelajaran abad 21 yang lebih menekankan kepada 4C yaitu keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi dan kreativitas
Dengan demikian, buku yang dibuat dapat dijadikan salah satu alternatif solusi pembelajaran sekarang ini
7.Daftar pustaka boleh menggunakan blog namun situs blog resmi seperti Kemendikbud.go.id, Jurnal ilmiah, e book,,atau karya ilmiah lainnya. Namun, hindari menggunakan daftar pustaka berupa blog pribadi dengan domain blogspot, wordpress, dan lain sebagainya
8. Berikanlah ulasan mengenai kelebihan dan kelemahan penelitian yang dilakukan agar pembaca yakin bahwa benar-benar telah melakukan penelitian tersebut
9. Karya ilmiah versi buku minimal 70 halaman format A5 dengan huruf, jenis huruf, dan margin disesuaikan Dengan aturan Penerbit
MENULIS ARTIKEL ILMIAH UNTUK JURNAL DARI KTI
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Tulis artikel sesuai template jurnal yang dituju.
Tiap jurnal memiliki template yang berbeda. Jika artikel yang masuk tidak sesuai template, otimatis akan ditolak oleh pengelola sebagus apa pun penelitian itu.
2. Judul: singkat, padat, jelas dan tetap ilmiah. Hindari penggunaan sibgkatan pada judul dan kata kunci wajib disematkan dalam judul.
3. Baris kepemilikan
Artinya peneliti atau penulis artukel benar-benar terlibat baik dalam hal perencanaan, penelitian, pelaksanaan penelitian hingga pelaporan penelitian. Baris kepemilikan biasanya mencantumkan nama ( tanpa gelar), jabatan dan instansi akademik.
4. Abstrak berisi tujuan penelitian, metode, hasil penelitian dan simpulan. Karena jumlah kata dalam abstrak sangat terbatas maka latar belakang masalah dan tinjauan pustaka tak perlu dinasukkan
5 Penulsan keyword pada abstrak sebaiknya 3 sampai 5 kata, dipisahkan dan tanpa kata penghubung
6. Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, tinjauan pustaka, rumusan masalah dan tujuan penelitian.
7. Pada bagoan metode penelitian hindari penulisan rumus statistika yang berlebihan. Bagian ini cukup berisi subyek penelitian, desain penelitian, ( dalam bentuk bagan ), teknik pengambilan data, analisis data ( tanpa rumus statistik), dan yang wajib ada adalah sumber rujukan dan metode yang digunakan.
8. Perbanyak menggunakan tabel atau diagram dalam menyajikan hadil penelitian. Untuk pembahasan hasil penelitian dikaitkan dengan teori yang sudah dikemukakan oleh ahli sebelumnya.
9. Simpulan metupakan jawaban daru rumusan masalah yang diajukan dan ditulis dalam bentuk paragraf bukan numerical. Namun tata cara penulisan tetap mengacu pada template jurnal yang dituju.
Hal yang perlu diketahui:
Jika akab menulis KTI karya orang lain, bukan tidak diperbolehkan, tetapi ada tata krama nya, yaitu harus ijin dahulu dengan si empunya KTI. Dan pemilik KTI, tetap harus disematkan namanya sebagai penulis dalam buku yang merupakan konversi dari KTI tersebut.
Jika tidak dilakukan, maka termasuk pencurian hasil karya milik orang lain dan hal ini sangat dilarang dalam dunia kepenulisan.
Jadi, lebih baik karya sendiri diubah menjadi buku atau boleh mengubah dari karya orang lain DENGAN CATATAN ijin dahulu dan menyematkan nama penulis KTI sebagai penulis buku
Demikian materi yang cukup menarik. Sebagai penyemangat berikut motivasinya, "Dapat menghasilkan karya di tengah kegiatan itu biasa namun dapat berkarya dengan kesibukan yang begitu banyaknya, itu baru ISTIMEWA".
" Dan janganlah khawatir karya kita tidak ada pembacanya karena buku ibarat manusia yang telah ada jodohnya masing-masing. Sebuah buku pasti akan menemukan jodoh pembacanya. Tugas kita adalah terus berkarya, berkarya dan berkarya". Salam literasi!
Komentar
Posting Komentar