Langsung ke konten utama
Belajar Menulis Gelombang 9

Pertemuan 18 : Senin. 4 Mei 2020
Waktu.             : Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Pemateri.         : Bpk. Ukim Komarudin
Topik.               :  Pengalaman Menerbitkan Buku Di Penerbit Mayot
Peresume.        : Sri Endang P
                           ( sriendang485.blogspot .com)

Siang itu diawali Pak Ukim ucapkan  sangat berterima kasih kepada panitia yang telah memberikan kesempatan kepada beliau untuk berbagi. Pak ukim merasa masih belajar. Permohonan  maaf dilontarkan apabila  penyampaianya cukup  sederhana. Semangat berbagi yang menyebabkan beliau berani berbagi dalam kesempatan seperti ini. Harapan beliau semoga bermanfaat.

Kisah Pak Ukim

Beliau berpikir, menulis merupakan ekspresi pribadi. Oleh karena itu, merasa sangat penting agar  memiliki tempat mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. lalu Pak Ukim menemukan menulis adalah sarana yang tepat buat itu. Pak Ukim tak pernah merasa khawatir, terkait dengan kualitas tulisan, juga tidak perduli  dengan ragam atau apa yang menjadi trend di masyarakat. Pokoknya menulis. Menulis adalah kebutuhan. Sekali lagi Pak Ukim merasa menemukan lebih tentang diri beliau dengan menulis. Demikian hal itu terus berjalan hingga saat ini. Jika tidak menulis seperti ada sesuatu yang hilang.

Selain menulis apa adanya, Pak Ukim juga menulis apa saja. Karena  guru, maka menulis terkait pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis buku harian. Begitu setiap saat diisi demgan menulis.

Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru. Satu dua teman berkomentar bahwa tulisannya bagus. Istilah mereka,  emotif. Kata mereka juga, dapat membuat pembaca larut dalam cerita. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasanya sederhana dan mudah dicerna oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa dapat dijadikan ceramah atau kultum, dsb.

Karena komentar tersebut, Pak Ukim mencoba membukukan tulisan-tulisan yang selama ini merekam semua kejadian karena memang senang membuat buku harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya, merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka diberi  judul buku tersebut, "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat.

 Kebetulan menjadi penanggung jawab penerbitan buku di sekolah menyisipkan karya pribadi, selain karya bersama (berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran.
Ada beberapa kejadian menerbitkan buku kembali, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang menjelang terakhir buku, "Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip pengalaman dengan penerbit. Kurang lebih, seperti itulahkira-kira kisah Pak Ukik.

Pelajaran berhargs Pak Ukim

Banyak mendapatkan pelajaran menyangkut hal-hal yang tadinya tidak dipikirkan. Pelajaran atau informasi itu awalnya, membuat  tidak nyaman karena menabrak prinsip. Umpamanya, "Apakah ketika menulis buku"menghimpun yang Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?" Kalau sudah ada,  apakah punya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membelinya? Untuk kepentingan pasar, "Apakah bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)? dst. Terus terang,  merasa kurang nyaman dengan interview itu. Pak ukim merasa diam-diam mulai "dipenjara". Inikan ekspresi pribadi, mengapa orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat privasi? Menyebalkan! Begitu, oleh-oleh pulang dari interview.

Jujur, ada jarak agak lama berselang setelah kejadian itu.  Perlu waktu untuk menjernihkan pikiran. Untunglah manusia itu punya sahabat. Diceritakan permasalahan yang dirasakan kepada teman yang sudah menjadi penulis "beneran". Hebatnya, pengalaman yang didapatkan itu baik dan mestinya disyukuri dijelaskan tentang proses menulis yang melibatkan tim agar tulisan yang kita buat sampai kepada pembaca. Perkataan menyudutkan  bahwa sikap Pak Ukim menyebabkan tulisan hanya untuk sendiri. kalau pun nanti ada yang membaca itu hanya segelintir orang saja. Itu berarti, minimal dalam memberi manfaat buat orang lain atau istilah lainnya egois.

Tersadar mendapatkan ilmu pengetahuan lebih ketika mendapst  penjelasan tentang tim yang akan menyebabkan  sebuah. karya dapat dinikmati orang banyak. Dijelaskan bahwa yang menanyai  mungkin editor. sebab,  garda depan yang menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman beliau itu, naskah pak Ukim sepertinya  punya potensi atau "layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karya  memang harus dipoles di sana sini.

Jika nanti naskah itu bisa melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak hal. Ada bagian gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya. Yang jelas, semuanya merupakan tim . Kasarnya, semuanya akan menyukseskan.

Sabar menjalani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak,  yang sangat penting dalam proses kreatif   yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Perasaan gembira sekali menerima buku dami itu. Terus terang saking gembiranya, menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak diterima. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang  menulis bukan untuk hal tersebut.

Kabar Gembira Pak Ukim

Akhirnya, mendapat konfirmasi ketika dapat kabar bahwa ada meeting terkait dengan terbitnya buku Pak Ukim.

Pertama,  menerima buku pribadi, kalau tidak salah jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut berstempel tidak diperjual belikan.

Kedua,  diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang Berserak". Ini soal bagaimana membuat buku laris. Saat itu metasa  sangat bodoh dan kurang dapat memberikan masukan yang berarti.

Ketiga, diberitahu bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian baru akan mendapat royaltinya. Untuk tersebut juga tidak pandai memberi masukan.

Peran Pak Ukim kemudian adalah mengusahakan buku yang dapat dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit karena media sosial belum sedahsyat sekarang. kebetulan menjadi pembicara,  berupaya menjual buku-buku  pada kesempatan bicara tersebut.

Bagaimans kriteria layak tidaknya sebuah buku bisa diterbitkan oleh penerbit?

Memang ada kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata pelajaran, biasanya mereka mencari buku:
 (1) menunjukkan penggunaan pendekatan baru;
(2) lebih lengkap;
 (3) penulisnya memang berkualifikasi luar biasa
(4) Naskah renyah (enak dibaca);  dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik.

Bagaimana pengalaman  Pak Ukim dalam menulis buku?

Pertama menulis di buletin sekolah, kemudian buletin pendidikan DKI, lalu buletin Diknas, dst.

Buku  Guru juga Manusia bisa terjual banyak karena bantuan publikasi media sosial yang saaat itu sudah mulai menggejala. Untuk buku berikutnya,  mendapatkan berkah dari medsos itu.

Beliau tipe penulis. Mungkin, lebih banyak buku yang tidak diterbitkan daripada yang diterbitkan.  memang bukan tipe pandai menjual ide tapi senang menulis. Yang menarik buat ditulis, ya  ditulis. Tak peduli tak dilirik penerbit. Tapi Allah maha pengasih. Beberapa sering dilirik penerbit dan jadi berrkah buat keluar.

Semua buku berkesan, seperti anak . Dia ada yang berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas. Ada juga yang diam-diam hanya dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut kamarnya. Semuanya  disyukuri. Ia lahir dan mbanggakan atas rezeki

Kesimpulan:
Ada kehebatan dari seorang penulis,  ekspresinya, juga punya daya jangkau dakwah yang lebih luas dalam menebar kebaikan dan
 juga punya legacy atau warisan untuk pertinggal jejak kebaikannya, yakni tulisannya. Menulislah, setiap hari. karena akan menemukan kebahagiaan; menulis berarti kita MENCIPTAKAN SEJUMLAH KEBAIKAN.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Tiga Bait ( PUTIBA)

Yakin  Karya : Sri Endang P  Adalah sebuah harapan  Sukses yang sesungguhnya  Antara dunia akhirat   Impian sebagai cambuk  Teronggok ambisi syahdu  Usaha, doa dijalani  Apapun sepenuh hati  Dialah Maha Kuasa Angan pasti digenggamnya *) 01/01/2022

Mengenal Kurikulum Operasional Sekolah

MENGENAL KURIKULUM OPERASIONAL SEKOLAH (By Sriendang) Tahapan  umum untuk bagian merancang kurikulum operasional pada dokumen panduan tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka mencakup beberapa hal berikut: 1. Analisis Kebutuhan:  Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh peserta didik dan masyarakat serta apa yang diharapkan oleh stakeholder. Analisis ini mencakup aspek kebutuhan intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik 2.Penyusunan tujuan Pembelajaran:  Tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur harus disusun agar memudahkan evaluasi dan pengukuran hasil belajar peserta didik 3, Penyusunan Struktur Kurikulum:  Struktur kurikulum harus disusun dengan mempertimbangkan keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai yang perlu dikuasai peserta didik. Struktur kurikulum harus memperhitungkan kebutuhan belajar peserta didik dan panduan yang ditetapkan oleh lembaga pemerintah. 4. Penyusunan Materi Pembelajaran:  Materi pembela...

Tantangan Menulis ke-12

Usir Rasa Galau   Siapa sih yang suka dengan kehidupan tidak menyenangkan? Padahal hidup tak selalu sesuai dengan harapan. Kadang sedih dan galau yang selalu mendera. Perasaan tak menentu. gelisah dan tak nyaman. Membuat tidak enak melakukan apa pun. Tidur tak nyenyak. Duduk juga betah. Pikiran melayang tak mampu dikuasai. itulah galau.  Nah, apa to galau itu? Menurut KBBI, kata “galau” bermakna sebagai pikiran yang tengah kacau. Perasaan galau dapat terjadi oleh banyak sebab.  Perasaan galau membuat tidak bersemangat. Dipaksa unruk bekerja juga membuat pekejaan tidak selesai dengan baik. Malah bisa berakibat terbengkalai. Nah, ini karena hati tak terkondisi dengan senang.   Sesungguh rasa galau bisa dikarenakan perbuatan diri sendiri atau malah berhubungan dengan orang lain. Pikiran terlalu berlebih terhadap sesuatu hal. Selalu berpikir negatif, contohnya. Memikirkan sesuatu diluar batas kemampuan.  Akhirnya banyak pikiran tidak menentu yang tidak ad...